Akhir akhir ini, dunia sedang digempur habis habisan dengan segala perkembangan teknologi. Dimulai dengan munculnya ponsel pintar, laptop, hingga peralatan rumah yang dapat dikendalikan melalui ponsel. Transaksi digital pun semakin berkembang, dengan ditemukannya teknologi berupa e-Wallet, seperti Dana, OVO, dan sebagainya yang memungkinkan kita untuk membayar transaksi melalui aplikasi yang ada pada ponsel pintar kita. Fenomena lainnya yang tidak kalah menariknya adalah fenomena bitcoin mining akhir akhir ini. Sebelum ke fenomena bitcoin mining, sebenarnya apa itu bitcoin?
Definisi 'Bitcoin'
Bitcoin berasal dari dua kata, yaitu "bit" yang berarti kode biner dan "coin" yang mensimboliskan mata uang. Bit sendiri adalah kode biner berwujud angka 1 atau 0, dan 8 kode bit sendiri setara dengan 1 byte. Byte sendiri adalah satuan kapasitas penyimpanan data, yang sudah begitu sering didengar dewasa ini, seperti MB (megabyte), GB (gigabyte), dan sebagainya. Bitcoin ditemukan oleh seseorang dengan inisial Satoshi pada tahun 2009, maka dapat dikatakan umur dari bitcoin ini masih sangat muda. Sehingga bitcoin dapat berarti mata uang digital.
Unsur-unsur pada Bitcoin
Fenomena bitcoin mining sendiri adalah fenomena yang baru baru ini terjadi. Mining bitcoin adalah kegiatan memvalidasi transaksi yang ada pada blockchain, dan blockchain sendiri merupakan blok-blok yang terikat satu sama lain karena adanya rantai (chain). Didalam blok, terdapat berbagai data transaksi menggunakan bitcoin, dan keamanannya sangat terjamin dikarenakan setiap blok dihubungkan dengan rantai yang disebut "hash". Hash adalah kode string panjang yang sangat sulit untuk dipecahkan.
Blockchain mirip seperti buku transaksi digital, dimana daftar transaksi-transaksi yang terjadi akan dicatat di buku besar transaksi (blok). Bedanya, blockchain begitu transparan sehingga sulit untuk melakukan pemalsuan transaksi, dan bisa diakses oleh publik, serta begitu aman karena blockchain tidak dapat diubah, dan untuk menambah transaksi yang valid, diperlukan "miner" untuk menambah blok transaksi baru di blockchain
Mining bitcoin sendiri dilakukan dengan memecahkan permasalahan matematika sulit, atau untuk menemukan input "hash". Hash sendiri mengubah input data yang begitu panjang menjadi output yang tetap panjang, tapi tidak bisa dibaca manusia, dan sangat aman. Kode hash dalam wujud fisiknya dapat berupa "827ccb0eea8a706c4c34a16891f84e7b". Hash diandaikan seperti "rantai" didalam blockchain, yang mengaitkan satu blok dengan blok lainnya, sehingga satu perubahan pada blok akan mengubah hash. Untuk memecahkan kode hash sendiri diperlukan perangkat komputer yang sangat memadai.
Prosedur untuk memulai mining bitcoin
Untuk memulai mining bitcoin, diperlukan perangkat seperti ASIC atau GPU, RAM, beban listrik yang tinggi, internet yang memadai, VGA, dan software mining. Diperkirakan, beban biaya yang dibutuhkan untuk memulai mining bitcoin adalah 15 sampai dengan 75 juta. Ini dikarenakan untuk memecahkan kode hash, terdapat probabilitas dari jutaan hingga miliaran, sehingga komputer memerlukan energi dan spesifikasi yang lebih tinggi untuk memecahkan kode hash dengan lebih efektif
Setelah kode hash terpecahkan, maka blok baru dapat tercipta di blockchain. Blok baru diciptakan oleh "miner" dikarenakan satu blok memiliki kapasitas untuk mencatat transaksi yang terbatas. Miner yang berhasil menciptakan blok baru di blockchain akan diberikan bitcoin sebagai insentif, karena teknologi blockchain sendiri dapat dikatakan sebagai tempat penyimpanan data transaksi menggunakan bitcoin.
Kronologi fenomena mining bitcoin dan turun naiknya nilai tukar bitcoin
Satoshi Nakamoto sendiri menciptakan bitcoin dengan tujuan bahwa transaksi dapat berlangsung tanpa pihak ketiga. Hal ini sesuai dengan program blockchain yang dapat diakses siapa saja, sehingga tidak ada yang menjadi pusat transaksi. Transaksi dengan pihak ketiga sendiri contohnya pada transaksi dengan mata uang kertas, yang dimana masih ada bank yang menjadi pusat perputaran uang kita.
Fenomena mining bitcoin sendiri pertama kali terjadi pada tahun 2009 dan tidak diketahui siapa identitasnya, yang kemudian fenomena ini menjadi populer pada tahun 2017, dimana pada saa itu pula harga bitcoin sedang berada pada puncak puncaknya, yakni sekitar 300 juta rupiah per coinnya. Orang orang mulai berpikir bahwa investasi di bitcoin bisa menjadi sebuah investasi yang cukup menguntungkan, karena pada tahun 2016, harga bitcoin sendiri masih dikisaran 10 juta rupiah per coinnya. Melonjaknya nilai bitcoin ini dikarenakan karena jumlahnya yang sangat sedikit dan diminati oleh banyak orang, sesuai dengan hukum permintaan, dimana semakin tinggi permintaan maka semakin mahal harga suatu hal. Selain itu, tingkat inflasi, dan regulasi pemerintah turut andil menjadi faktor begitu tingginya nilai bitcoin.
Namun, karena hal ini, harga bitcoin mengalami penurunan drastis pada tahun 2018, menjadi 45 juta rupiah per coinnya. Salah satu faktor penurunan nilai ini adalah pemilik bitcoin yang cemas akan harga bitcoin, yang kemudian banyak yang menjualnya secara bersamaan. Sehingga, banyak sekali orang yang untung dan rugi dari aktivitas bitcoin mining ini.
Dampak dari kegiatan mining bitcoin
Beberapa dampak dari melonjaknya aktivitas bitcoin mining pada sekitaran 2017 adalah naiknya harga GPU, sebelum akhirnya menjadi stabil setelah diperkenalkannya teknologi khusus untuk melakukan mining bitcoin, ASIC pada tahun 2013 dan juga berkurangnya minat setelah terjadinya penurunan nilai bitcoin. Pertumbuhan sektor industri baru seputaran bitcoin mining juga mulai bermunculan, contohnya jasa bitcoin mining. Disisi lain, bitcoin mining juga memiliki dampak negatif kepada lingkungan, dimana aktivitas bitcoin mining pertahunnya dapat menyumbang emisi gas rumah kaca dengan jumlah yang besar ke atmosfer, karena menggunakan banyak sumber daya yang berasal dari energi yang tidak terbarukan. zMeski belum diketahui secara pasti, namun menurut beberapa studi, emisi gas rumah kaca yang dilepaskan dengan aktivitas bitcoin mining pertahunnya dapat mencapai 22 megaton CO2, dimana ini setara dengan gas yang dihasilkan 5 juta mobil modern yang memiliki jarak tempuh 19.000 km per tahunnya, sehingga penggunaan energi terbarukan untuk melakukan aktivitas ini mulai dilaksanakan, agar tidak berdampak begitu parah terhadap lingkungan.
Apakah 'mining bitcoin' dilegalkan atau tidak?
Mining bitcoin dilegalkan di beberapa negara, seperti Jepang, Australia, dan Amerika Serikat. Indonesia sendiri juga melegalkan aktivitas mining bitcoin dengan persyaratan tertentu. Mining bitcoin sendiri dilarang di beberapa negara seperti Cina, Rusia, dan India. Beberapa negara melegalkan mining bitcoin karena dianggap sebagai mata uang yang sah, dan dipercaya dapat meningkatkan lapangan pekerjaan serta perekonomian negara. Beberapa negara lain yang meng-ilegalkan mining bitcoin percaya bahwa dengan melakukan mining, dapat menguras sumber daya, karena membutuhkan energi yang begitu besar. Adanya keterbatasan infrastruktur, masalah regulasi, dan ancaman stabilitas ekonomi juga menjadi alasan lain mengapa mining bitcoin diilegalkan beberapa negara.
Kesimpulan
Mining bitcoin sendiri dapat menjadi potensi pekerjaan yang begitu berisiko karena hingga saat ini, nilai tukar bitcoin masih begitu fluktuatif dan beberapa negara melarang melakukan mining bitcoin, serta memiliki dampak yang cukup serius bagi lingkungan. Meski begitu, mining bitcoin juga dapat menjadi pekerjaan yang begitu menguntungkan jika nilai tukar bitcoin sedang naik naiknya dan juga sistem blockchain yang terkenal begitu aman dan transparan sehingga sulit untuk dihack ataupun terjadi pemalsuan transaksi. Namun, tetap saja dengan diperlukannya peralatan yang sangat memadai dan mahal serta keadaan bitcoin yang fluktuatif, me-mining bitcoin sangat berisiko untuk saat ini.